Monday, March 24, 2014

Jaka Tarub: Legenda, Mitos, atau Cerita Rakyat?

Kisah "Jaka Tarub" sudah umum dikalangan masyarakat indonesia, namun apakah masyarakat tahu kisah Jaka Tarub itu nyata ataukah hanya mitos belaka?

Kisah tentang Jaka Tarub (Pemuda dari Tarub) memiliki beberapa versi, namun ada satu versi standar yang umum beredar di masyarakat. Berikut kisahnya:

Jaka Tarub merupakan pemuda dari daerah Tarub yang memiliki kesaktian dan salah satu dari segelintir orang yang berani melakukan perburuan di daerah hutan terlarang. Suatu hari saat ia sedang berburu ia menemukan sebuah telaga di tengah hutan tersebut. Di telaga itu terdapat 7 bidadari cantik yang sedang mandi. Karena ia merasa terpikat dengan kecantikan dan keanggunan para bidadari itu, akhirnya ia memutuskan untuk mengambil 1 dari 7 selendang bidadari yang ada di pinggir telaga. Karena kehilangan selendangnya (yang sebenarnya disembunyikan oleh Jaka Tarub) salah satu bidadari itu pun tidak dapat kembali ke kahyangan.

Jaka Tarub menolong sang bidadari dan menikahinya. Sebelum menikah, bidadari yang bernama Nawangwulang tersebut mengingatkan calon suaminya agar tidak menanyakan tentang kebiasaan yang kelak ia lakukan setelah menjadi isteri. Kebiasaan tersebut yaitu bahwa Nawangwulan selalu menanak nasi dengan hanya menggunakan satu butir beras namun dapat menghasilkan nasi yang banyak.

Jaka Tarub tidak menanyakan apapun melainkan langsung membuka tutup penanak nasi tersebut karena rasa penasarannya yang tak terjawab. Akibat perbuatannya itu, kesaktian Nawangwulan sebagai bidadari pun hilang dan harus menanak nasi dengan cara manusia biasa. Semenjak itulah gabah di lumbung cepat habis dan akhirya Nawangwulan menemukan selendangnya di dasar lumbung.

Nawangwulan murka mengetahui kenyataan bahwa selama ini Jaka Tarub lah yang menyembunyikan selendangnya. Jaka Tarub memohon pengampunan dari Nawangwulan dan mengatakan bahwa hal tersebut ia lakukan karena rasa cintanya pada Nawangwulan. Namun, alasan tersebut tidak cukup untuk menahan Nawangwulan untuk pergi kembali ke kahyangan. Akhirnya Nawangwulan pun pergi kembali ke tempat asalnya untuk meninggalkan Jaka Tarub dan Nawangsari (buah hatinya).

REVIEW
Kisah Jaka Tarub ini memang tertulis di dalam naskah populer Sastra Jawa Baru, Babad Tanah Jawi (naskah sejarah Kesultanan Mataram). Pemberitaan tentang Panembahan Senapati dan para penggantinya memang mendekati fakta sejarah. 
Akan tetapi kisah-kisah sebelum Panembahan Senapati cenderung bersifat khayal, terutama seputar Kerajaan Majapahit termasuk kisah pernikahan Nawangsari (anak Jaka Tarub dan Nawangwulan) dengan Lembu Peteng (anak Brawijaya yang saat itu merupakan raja Majapahit).

Jadi, kisah Jaka Tarub yang menikah dengan bidadari merupakan sebuat mitos untuk menciptakan tokoh-tokoh istimewa seperti Nawangsari yang kemudian disebut sebagai manusia setengah dewa demi mendapat legitimasi dan pengakuan dari rakyat Jawa.

Source:

No comments:

Post a Comment