Wednesday, November 5, 2014

Internet Addiction dan Penanganannya

INTERNET ADDICTION (KECANDUAN INTERNET)

Seiring dengan perkembangan teknologi di era globalisasi ini, masyarakat dituntut untuk menguasai berbagai aspek kehidupan dimana hal tersebut berkaitan erat dengan penggunaan internet. Internet memiliki berbagai manfaat dalam kehidupan manusia terutama yang berhubungan dengan ruang dan waktu, namun internet tidak hanya membawa dampak positif melainkan juga negatif. Salah satunya adalah internet addiction.

Ferris (1997) mengungkapkan bahwa internet addiction, sebagaimana addiction lainnya, merupakan suatu gangguan psikofisiologis yang meliputi tolerance (penggunaan dalam jumlah sama akan menimbulkan respon minimal, jumlah harus ditambah agar dapat membangkitkan kesenangan dalam jumlah yang sama), withdrawal symptom (menimbulkan tremor, kecemasan, dan perubahan mood), gangguan afeksi (depresi dan sulit menyesuaikan diri), serta terganggu hubungan sosial (menurun atau hilang sama sekali, baik dari segi kualitas maupun kuantitas).

Internet addiction meliputi segala kegiatan yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, chatting, game online, dan sebagainya.

Internet Addiction Disorder (IAD) belum tercantum dalam buku pegangan profesional kesehatan mental edisi keempat (2000) atau DSM-IV. Namun, kecanduan internet diaku secara formal sebagai sebuah gangguan oleh American Psychological Association.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kecanduan internet merupakan sebuah gangguan yang terjadi pada seseorang dalam hal penggunaan internet seperti chatting, email, game online, browsing, social media, dan sebagainya, dimana orang tersebut tidak dapat mengendalikan waktu pemakaian internet yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan terutama dalam hubungan sosial.

Griffiths (2005) mencantumkan enam dimensi internet addiction (1) Salience terjadi saat penggunaan internet menjadi aktivitas paling penting dan mendominasi pikiran, perasaan, serta tingkah laku individu; (2) Mood modification perasaan senang berlebih ketika menggunakan internet; (3) Tolerance adalah proses peningkatan jumlah penggunaan internet untuk mendapat efek perubahan mood; (4) Withdrawal symptoms merupakan perasaan tidak senang yang timbul saat penggunaan internet dikurangi; (5) Conflict terjadi karena terlalu banyaknya waktu yang dihabiskan dalam menggunakan internet dan dapat terjadi secara interpersonal maupun intrapersonal; dan (6) Relapse terjadi saat individu kembali bermain internet saat belum sembuh dari addiction nya tersebut.

Young, Pistner, O'mara, & Buchanan (1998) menggolongkan kecanduan internet menjadi (1) Cybersexual addiction; (2) Cyber-relational addiction; (3) Net compulsion; (4) Information overload; dan (5) Computer addiction.

PENANGANAN INTERNET ADDICTION

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kecanduan internet, salah satunya adalah dengan menggunakan penanganan kecanduan secara umum, pemberian obat anti-depresan atau anti-kecemasan, terapi, dan yang terpenting adalah dukungan keluarga.

Tujuh perawatan yang mungkin dilakukan menurut Young (1999), yaitu:
1. Praktekkan kebalikannya (Practice the opposite)
2. Penghenti eksternal (External stoppers)
3. Tetapkan goal (Setting goals)
4. Kartu-kartu pengingat (Reminder cards)
5. Inventori personal (Personal inventory)
6. Dukungan sosial (Social support)
7. Terapi keluarga (Family therapy)

Selain itu dapat juga diterapkan Terapi Kognitif Perilaku (CBT) telah menjadi metode yang berguna dan efektif untuk menangani gangguan kompulsif seperti gangguan ledakan emosi, judi patologis, trichotillomania.

CBT adalah perawatan yang sudah lazim dan didasarkan pada premis bahwa pikiran mengendalikan perasaan. Pasien diajar untuk memantau pikiran-pikiran mereka dan mengidentikasikan mana yang memicu perasaan dan tindakan kecanduan, sementara mereka belajar ketrampilan menanggulangi kecanduan tersebut serta cara-cara untuk mencegah kambuh (relapse).

Source: